Laman

Senin, 17 Maret 2014

Awalnya biasa, lama-lama jadi luar biasa.

Sudah semester delapan, lihat Kartu Mahasiswa sudah hampir kadaluarasa, sudah harus mikirin skripsi padahal skripsi diem aja cuek nggak mikirin mahasiswa semester delapan. Aku Ra Popo. Bebearpa hari yang lalu saya mendatangi dua undangan penting. Pokoknya undangan ini penting banget sampai saya lupa kalo ada kuliah bareng dedek-dedek gemes. Lupakan! Ya, bebrapa hari yang lalu saya datang ke acara sidangnya 2 teman saya. Ini bukan acara sidang cerai atau sidang pengambilan STNK di kantor polisi. Bukan. Sekali lagi Bukan. Sidang yang saya datangi adalah sidang ujian skripsi bagi mahasiswa dan mahasiswi yang sudah selesai mengerjakan skripsi. Dan salah satu pertanyaan yang tidak saya sukai adalah "kamu kapan nyusul?" Mahasiswa atau mahasiswi yang dapat pertanyaan ini saya yakin malamnya langsung nyari kuis yang hadiahnya paket wisuda tanpa skripsi. 

Sidang skripsi merupakan jalan yang harus ditempuh bagi mahasiswa untuk syarat meninggalkan Universitas dengan baik dan benar. Ada jalan lain yang tidak baik dan tidak benar yaitu D.O. Dan saya akan memilih jalan yang baik dan benar. Nggak ada yang nanya. oke sip, lanjut. Jika dihitung-itung teman saya yang skripsinya sudah sampai di pintu gerbang kemerdekaan ada tiga orang dan ditambah dua orang jadi semuanya ada lima. Mereka berlima sudah dinyatakan lulus dan sedikit lagi nama mereka akan ada tambahan gelar Sarjana. Satu persatu teman sejurusan sudah mulai meninggalkan tempat dimana mereka berjuang dan bersaing dalam mengejar mimpinya. Tahap terakhir sudah ditempuh. Tinggal meneruskan ke tahap selanjutnya entah melanjutkan belajar atau ke tahap yang lebih keras persaingannya yaitu dunia bekerja. 

Sedikit demi sedikit semua kebersamaan yang sudah dibangun mulai memudar. kebersamaan mengerjakan tugas kelompok, kebersamaan nongkrong nunggu dosen datang, kebersamaan jalan-jalan ketempat wisata, kebersamaan didalam kelas, kebersamaan presentasi dengan bumbu-bumbu tanya jawab yang konyol itu semua akan menjadi kenangan. Canda tawa yang tiap hari ada semua akan terekam dalam ingatan yang tak pernah padam. Awalnya kita biasa saja kenal satu sama lainnya. Ketika sudah terbiasa terbentuklah keluarga kecil yang kuat dan selalu memberikan semangat. Walaupun berbeda daerah, bahasa, logat dalam berbicara semua disatukan dengan sebutan keluarga. 

*Ceritanya lagi sedih

Lanjut. Tahun cepat berlalu. Rasanya baru kemarin aja ngerasain OSPEK eh sekarang udah ketemu skripsi. Kasihan pak SBY udah mau diganti jabatanya. Salah fokus. 
Intinya persahabatan dan keluarga tidak akan putus jika komunikasi tetap lancar jaya dan pulsa banyak. Dan jangan pernah lupakan teman-temanmu. Kalo lupa pura-pura ingat aja entar lama-lama juga ingat sendiri. Dan Salam Olahraga.